Aman dikonsumsi
Taufik juga melakukan uji
toksisitas purwoceng. Tanaman yang tumbuh di dataran tinggi ini relatif aman
dikonsumsi. Penggunaan dosis setinggi-tingginya mencapai 600 mg perhari, pada
tikus selama 14 hari, tak menimbulkan efek samping. Setelah uji praklinis pada
hewan percobaan, Taufik juga melakukan uji klinis pada manusia. Ia memberikan
larutan purwoceng pada 40 responden yang minimal berusia 40 tahun.
Penelitian Taufik bersama
sejawatnya, Prof Dr dr Susilo Wibowo Sp And, guru besar Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, itu membagi 40 pria itu menjadi 2 kelompok. Kelompok
pertama merupakan placebo yang mengkonsumsi kapsul kosong, sedang kelompok
kedua diberi kapsul ekstrak purwoceng sebanyak 50 mg selama 15 hari.
Hasil penelitian itu
menunjukkan kelompok pria yang diberi kapsul purwoceng mengalami kenaikan
hormon luteinizing dan indeks androgen bebas, serta memperbaiki defisiensi androgen.
Pria dewasa sehat mempunyai indeks androgen bebas 30 – 150. Di bawah angka itu,
terjadi defisiensi testosteron.
Temuan itu menggembirakan,
terutama bagi para pria berusia antara 40 – 50 tahun. Mereka rentan amiltauson
alias penurunan kadar testosteron antara lain lantaran polusi lingkungan yang
bersifat estrogenik. Survey perusahaan obat kenamaan menyebutkan, lebih dari
20% pria di Asia mengalami disfungsi ereksi. Penyebabnya antara lain ritme
kerja yang cepat, konsumsi makanan cepat saji, dan polusi.
Lina Mardiana, herbalis
asal Jogjakarta, meresepkan purwoceng untuk berbagai penyakit seperti disfungsi
ereksi dan varikokel –varises pada kantong kemaluan– Lina meresepkan purwoceng,
jahe merah, lada hitam, dan kayumanis. Menurut Lina, jika pasien rutin meminum
kapsul berbahan ramuan tersebut pasien sembuh dari varikokel. Purwoceng tumbuh
di dataran tinggi Dieng dan pegunungan Pangrango, Jawa Barat. Menurut Griyo
Sujono, kepala Departemen Pemasaran PT Jamu Jago, penderita hipertensi
sebaiknya tidak banyak mengkonsumsi purwoceng karena dapat meningkatkan tekanan
darah (Trubus).